Tìmkiếm ảnh HD có sẵn về Kaaba Illustration Arabic Calligraphy Wa Lillahi và hàng triệu vector, hình minh họa cũng như ảnh có sẵn miễn phí bản quyền trong bộ sưu tập của Shutterstock. Mỗi ngày có thêm hàng nghìn ảnh mới với chất lượng cao.
OLEH ABDUL GANI ISA, Staf Pengajar Pascasarjana UIN Ar-Raniry/Anggota MPU Aceh “DAN berserulah kepada manusia untuk mengerjakan haji, niscaya mereka akan datang kepadamu dengan berjalan kaki, dan mengendarai unta yang kurus yang datang dari segenap penjuru yang jauh”. Haji, merupakan rukun Islam yang kelima, yaitu mengunjungi Baitullah untuk melakukan tawaf, sa’i dan wukuf di Arafah. Kewajiban haji hanya diperuntukkan bagi yang mampu, atau disebut dengan Istita’a, sesuai isyarat al-Qur’an walillahi alannasi hijjul baiti manistata’a ilaihi sabila QS, Ali Imran97. Karena beratnya ibadah yang dilakukan, maka haji juga disebut dengan jihad maksudnya diperlukan kesungguhan dari setiap orang yang berhaji. Rasulullah saw, juga memberi penekanan bagi umat Islam untuk melakukan safar/perjalanan kepada tiga masjid, yaitu Masjidil Haram, Masjidku Masjid Nabawi dan Masjidil Aqsha di Palestina. Tidaklah berlebihan, bila dikatakan safar untuk haji merupakan rihlah muqaddasah perjalanan yang suci. Perjalanan haji tidaklah sama dengan rekreasi, tur atau wisata biasa. Tetapi haji adalah perjalanan suci yang dituju adalah untuk menemukan fitrah dirinya, di hadapan zat yang suci, yaitu Allah swt. Untuk itu pula biaya haji harus suci/bersih, niatnya ikhlas semata-mata mengharapkan ridha-Nya, bukan ridha manusia, yang akhirnya meraih haji mabrur. Baca juga 6 Jamaah Calon Haji Aceh Pengganti Ikut Berangkat Bersama Kloter Terakhir Besok Baca juga TPHI Cek Kesehatan Jamaah Haji Aceh Door to Door Setiap Hari Merupakan kebahagiaan tersendiri bagi umat Islam yang tahun ini berkesempatan dan diberi kemudahan oleh Allah menunaikan rukun Islam kelima, sekaligus memenuhi panggilan Allah swt, sesuai firman Nya di awal tulisan ini, yaitu ibadah haji di tanah suci. Kebahagiaan di sini dimaksudkan, dengan niat dan cita-cita yang tulus, sekalipun merasa dirinya kurang mampu, tapi bisa sampai ke rumah Allah Baitullah. Namun fakta menunjukkan, banyak pula orang-orang kaya, memiliki kekayaan lebih, dan berkecukupan istita’a namun belum tergerak hati dan niatnya untuk berangkat haji. Ketika kepadanya ditanyakan, mengapa belum berhaji, jawaban polos, belum ada panggilan Nabiyullah Ibrahim as.
Createdby Shaykh Dr. Yasir Qadhi Interviewed By Imam Ibrahim Bakeer #125 ----- A.L.M. This is the Book; in it is guidance sure, without doubt, to those who fear Allah; Who believe in the Unseen, are steadfast in prayer, and spend out of what We have provided for them; And who believe in the Revelation sent to thee, and sent before thy time, and (in their hearts) have the assurance of the
Arabic RootFrom the root waw-lam-ya و ل ي, which has the following classical Arabic connotations to be near, close, nearby to be a friend, helper, supporter, maintainer, to defend, guard lit. friendly dealing, to be in charge, to turn one toward something, to be the master, owner, lord. Among the disputed namesAs we've mentioned in previous names, different scholars have different criteria for what qualifies as a name of Allah سُبْحَٰنَهُۥ وَتَعَٰلَىٰ. Of the 99 names, 81 are explicitly mentioned in the Qur'an. Therefore, there isn't one agreed-upon list for the remaining 18 names. Al-Wali is one of those names that is deduced and, therefore, not included on the list of certain scholars. This includes Ibn Mandah, Ibn Hazm, and Ibn Hajar, among others. However, others, such as Imam al-Bayhaqi and Imam al-Ghazali, have included this name in their lists. Note as an attribute to describe Allah سُبْحَٰنَهُۥ وَتَعَٰلَىٰ it is valid. To be a ruler...This name is also not to be confused with one we've already discussed in Al-Waliyy ٱلْوَلِيُّ - The Protecting Associate. Here Al-Wali ٱلْوَالِي refers to being the ruler or guardian, and this encompasses three qualities. Imam Ghazali mentions that being a governor requires organization, power, and action. Failure in any of these respects relinquishes the title of being called the true ruler. Below are just a few verses that mention Allah's complete dominion. It demonstrates how He is the best planner, the all-powerful king, and the one who manages the affairs of all things. From the Qur'anThere are no direct mentions of the name Al-Wali, but we can understand this attribute further by verses that describe this quality from the Qur'an. وَإِذۡ يَمۡكُرُ بِكَ ٱلَّذِينَ كَفَرُواْ لِيُثۡبِتُوكَ أَوۡ يَقۡتُلُوكَ أَوۡ يُخۡرِجُوكَۚ وَيَمۡكُرُونَ وَيَمۡكُرُ ٱللَّهُۖ وَٱللَّهُ خَيۡرُ ٱلۡمَٰكِرِينَ Wa iz yamkuru bikal lazeena kafaroo liyusbitooka aw yaqtulooka aw yukhrijook; wa yamkuroona wa yamkurul laahu wallaahu khairul maakireen English Translation"And [remember, O Muhammad], when those who disbelieved plotted against you to restrain you or kill you or evict you [from Makkah]. But they plan, and Allah plans. And Allah is the best of planners." — Qur'an 830 قُلِ ٱللَّهُمَّ مَٰلِكَ ٱلۡمُلۡكِ تُؤۡتِي ٱلۡمُلۡكَ مَن تَشَآءُ وَتَنزِعُ ٱلۡمُلۡكَ مِمَّن تَشَآءُ وَتُعِزُّ مَن تَشَآءُ وَتُذِلُّ مَن تَشَآءُۖ بِيَدِكَ ٱلۡخَيۡرُۖ إِنَّكَ عَلَىٰ كُلِّ شَيۡءٖ قَدِيرٞ Qulil laahumma Maalikal Mulki tu’til mulka man tashaaa’u wa tanzi’ul mulka mimman tashhaaa’u wa tu’izzu man tashaaa’u wa tuzillu man tashaaa’u biyadikal khairu innaka alaa kulli shai’in Qadeer English Translation"Say, “O Allah, Owner of Sovereignty, You give sovereignty to whom You will and You take sovereignty away from whom You will. You honor whom You will and You humble whom You will. In Your hand is [all] good. Indeed, You are over all things competent." — Qur'an 326 ذَٰلِكُمُ ٱللَّهُ رَبُّكُمْ ۖ لَآ إِلَـٰهَ إِلَّا هُوَ ۖ خَـٰلِقُ كُلِّ شَىْءٍۢ فَٱعْبُدُوهُ ۚ وَهُوَ عَلَىٰ كُلِّ شَىْءٍۢ وَكِيلٌۭ Zaalikumul laahu Rabbukum laaa ilaaha illaa huwa khaaliqu kulli shai’in fa’budooh; wa huwa alaa kulli shai’inw Wakeel English Translation"That is Allah, your Lord; there is no deity except Him, the Creator of all things, so worship Him. And He is Disposer of all things." — Qur'an 3102 ٱللَّهُ وَلِيُّ ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ يُخۡرِجُهُم مِّنَ ٱلظُّلُمَٰتِ إِلَى ٱلنُّورِۖ وَٱلَّذِينَ كَفَرُوٓاْ أَوۡلِيَآؤُهُمُ ٱلطَّـٰغُوتُ يُخۡرِجُونَهُم مِّنَ ٱلنُّورِ إِلَى ٱلظُّلُمَٰتِۗ أُوْلَـٰٓئِكَ أَصۡحَٰبُ ٱلنَّارِۖ هُمۡ فِيهَا خَٰلِدُونَ Allaahu waliyyul lazeena aamanoo yukhrijuhum minaz zulumaati ilan noori wallazeena kafarooo awliyaaa’uhumut Taaghootu yukhrijoonahum minan noori ilaz zulumaat; ulaaa’ika Ashaabun Naari hum feehaa khaalidoon section 34 English Translation"Allah is the ally of those who believe. He brings them out from darknesses into the light. And those who disbelieve – their allies are Taghut. They take them out of the light into darknesses. Those are the companions of the Fire; they will abide eternally therein." — Qur'an 2257 ReflectionThe believer benefits from knowing that Allah سُبْحَٰنَهُۥ وَتَعَٰلَىٰ is Al-Wali. He understands that real control comes from the commandments of whatever Allah سُبْحَٰنَهُۥ وَتَعَٰلَىٰ wills. No one can dictate otherwise. It should further solidify the notion of reliance upon Him for all matters. He is the one who organizes the plan, puts it into action, and then preserves it. Shaykh Tosun Barak writes, "the whole of creation is governed by Allah's knowledge and power not a leaf moves without His will. Neither is the movement of the leaf disconnected from other things moved by the same wind, by the same will." So all matters are in the care of Allah سُبْحَٰنَهُۥ وَتَعَٰلَىٰ, our being is part of a divine order He has planned. He is Al-Wali The Ruler and Al-Waliyy The Protecting Associate. But one must realize that what may be good for you may not be in the way you want. Each caliphate asked Allah سُبْحَٰنَهُۥ وَتَعَٰلَىٰ for wellbeing and protection, yet Umar Ibn Al-Khattab ra was martyred. Even Ali ibn Abi Talib ra was killed and martyred. Some may wonder about the justice in that, but the real reward is in the hereafter. The reward of one's actions is not necessarily manifested in this life. If it is, that is a blessing or a gift from Allah سُبْحَٰنَهُۥ وَتَعَٰلَىٰ, but it shouldn't be the primary motivation. It was narrated that Sa'eed bin Zaid bin 'Amr bin Nufail said "The Messenger of Allah was one of the Ten given glad tidings of Paradise. He said 'Abu Bakr will be in Paradise; 'Umar will be in Paradise; 'Uthman will be in Paradise; 'Ali will be in Paradise; Talhah will be in Paradise; Zubair will be in Paradise; Sa'd will be in Paradise; 'Abdur-Rahman will be in Paradise." He was asked 'Who will be the ninth?' He said 'I will.'" [1] Reflections [1] Sahih Darussalam Sunan Ibn Majah 133 & Sunan Abi Dawud 4649Kewajibanhaji hanya diperuntukkan bagi orang yang mampu, atau disebut dengan istita'a, sebagaimana firman Allah Swt dalam Alquran: "Walillahi `alannasi hijjul baiti manistata'a ilaihi sabila (mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu bagi orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah)." (QS. Ali Imran: 97). – Praktik arisan haji cukup mentradisi dalam masyarakat Muslim Indonesia. Pada dasarnya, hukum menjalankan arisan adalah boleh dengan catatan. Lantas bagaimana hukum arisan haji? Dalam buku Fikih Muamalah Kontemporer karya Ustaz Oni Sahroni, pengertian arisan secara formal adalah sebuah kegiatan mengumpulkan uang atau barang yang bernilai sama oleh beberapa orang kemudian diundi. Lalu di antara anggota arisan menentukan siapa yang berhak memperoleh arisan melalui skema undi tersebut. Pada hakikatnya secara sederhana, arisan adalah bagian dari pinjam-meminjam. KH Ali Mustafa Yaqub dalam buku Fatwa Imam Besar Masjid Istiqlal menjelaskan, arisan hukumnya boleh dengan catatan tidak ada pihak yang dirugikan dan tidak ada spekulatif yang berbuntut judi. Kebolehan itu bisa saja berubah haram jika ada sesuatu yang menjadikannya haram, yaitu hilangnya ketentuan-ketentuan pula, kata Kiai Ali, mengenai arisan haji. Pada dasarnya, arisan itu dihukumi boleh dengan asumsi untuk intervensi. Tapi ketika dikaitkan dengan ibadah haji, maka hukumnya menjadi lain. Seorang Muslim baru dikenakan wajib haji ketika ia mampu menunaikannya. Dan kemampuan istitha’ah ini berarti mampu bi nafsihi, yakni ongkos hajinya berasal dari diri sendiri dengan hasil usaha yang dihalalkan agama. Juga bisa berarti mampu bi ghairihi yakni ongkos naik hajinya ditanggung orang lain. Sedangkan bila istitha’ah tidak ada, maka kewajiban haji pun tidak ini sesuai dengan kaidah fikih, “Al-hukmu yaduru ma’a illati wujudan wa adaman,”. Yang artinya, “Hukum itu berputar bersamaan dengan ada dan tidaknya illat,”. Di samping itu Allah SWT berfirman dalam Surah Ali Imran ayat 97, “Walillahi alannasi hijjul-baiti manistatha’a ilaihi sabilan,”. Yang artinya, “Hanya karena Allah, mengerjakan haji itu wajib atas menusia terhadap Allah, yaitu bagi orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah,”.Dalam hadis riwayat Ad-Daruquthni yang disahihkan Al-Hakim, dikatakan bahwa sanggup di sini berarti adanya bekal dan kendaraan. Dari uraian tersebut, kata Kiai Ali, kewajiban haji hanya berlaku bagi orang yang sanggup membayar ongkos naik haji. Maka seorang Muslim yang memaksakan dirinya untuk menunaikan haji, padahal ia tidak mampu bayar, misalnya dengan cara mengikuti arisan haji dan ia mendapatkan uang arisan pada putaran-putaran awal, maka hukumnya minimal makruh bahkan bisa kata Kiai Ali, ongkos hajinya itu berasal dari uang yang dipinjamkan oleh anggota arisan lainnya. Jadi ia berangkat haji dengan berutang. Sementara ia sendiri belum terkena khitab wajib halnya andai saja dari arisan haji itu tidak digunakannya untuk ongkos naik haji, misalnya biaya hajinya diperoleh dari usaha halal lainnya. Maka ia sudah dikategorikan mampu dan dikenakan wajib haji. Adapun wewenang terakhir dari anggota arisan yang ada, maka ia sudah wajib menjalankan ibadah haji karena ongkos naik hajinya diperoleh dari hasil tabungannya selama satu putaran arisan maka ia sudah dikategorikan sebagai orang yang termasuk mampu, sebab ongkos naik hajinya yang dipakai berasal dari dirinya sendiri, bukan dari piutang. Demikianlah fleksibelitas sekaligus ketegasan hukum Islam dalam menjawab problematika fikih mengenai arisan Ali memberikan penekanan bahwa pintu surga selalu terbuka bagi orang yang ikhlas melakukan ibadah apa saja. Tidak terbatas pada ibadah haji semata. Bahkan menyantuni anak yatim dan fakir miskin lebih utama dari ibadah haji kedua, ketiga, dan seterusnya. Sehingga lebih baik apabila melakukan ibadah yang lebih utama dari menjalankan ibadah haji kedua, ketiga, dan seterusnya tersebut.
Produktivitasprimer adalah hasil dari proses fotosintesis yang dilakukan oleh tumbuhan berklorofil disebut sebagai produktivitas primer.Fotosintesis yang memainkan peran sangat penting dalam pengaturan metabolism komunitas, sangat dipengaruhi oleh intensitas cahaya matahari, konsentrasi karbondioksida terlarut dan faktor temperatur. Laju fotosintesis bertambah 2-3 kali lipat untuk setiap
1Rukun Islam, Dalil hadits, Fiqih dan Penjelasannya. 1.1 Mukadimah. 1.2 Apa itu Rukun Islam. 1.3 Dalil hadits rukun islam. 1.4 Tulisan Arab Rukun Isalam dalam Fiqih. 1.5 Tulisan Indonesia Rukun Isalam dalam Fiqih. 1.5.1 Maknanya Arakanul-Islam dalam bahasa Indonesai. 1.6 Urtan Rukun Islam Secara Ringkas; qeQAgZ. 337 363 217 360 58 189 196 271 159